Warung Nasi Lengko Pantura Ini Berusia Lebih dari 100 Tahun
NASI Lengko merupakan satu dari sekian banyak kuliner khas dari wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat. Kuliner sudah sangat akrab sekali di telinga masyarakat khususnya di daerah Indramayu dan Cirebon.
Di Kabupaten Indramayu ada satu warung nasi lengko yang layak dicoba. Soalnya bukan hanya sekadar nasi lengko, warung tersebut merupakan bagian dari perkembangan sejarah kuliner Indramayu. Betapa tidak warung itu sudah bertahan selama 4 generasi lamanya. Adalah warung Ma Tiri yang berhasil bertahan sejak zaman penjajahan Belanda itu.Kini warung Ma Tiri dikelola oleh generasi ke-4. Hebatnya warung Ma Tiri masih tetap mempertahankan bentuk warung asli maupun resep turun temurunnya. Dahulu nasi lengko itu dijajakan di sebuah warung berukuran 2x2 meter. Layaknya warung khas zaman dahulu struktur warung menggunakan bahan kayu.
Karyani (65) pemilik warung mengaku, dirinya memang masih mempertahankan bentuk asli warung sejak zaman dahulu kala. Meskipun saat ini warung kayu itu berdiri di dalam bangunan baru. “Pesan dari buyut saya yaitu Ma Tiri, katanya walaupun warung dibangun harus tetap mempertahankan struktur bangunan warung lama,” kata Karyani. Hal itu agar para penerus warung Ma Tiri bisa terus mengingat perjuangan nenek moyangnya dalam berdagang nasi lengko. Jika dihitung-hitung kata Karyani, warung Ma Tiri sudah berjualan lebih dari 100 tahun.
Warung Ma Tiri berdiri persis di pinggir aliran Cimanuk. Bukan tanpa alasan, warung Ma Tiri kala itu menyasar konsumen para buruh yang tengah bongkar muat di Cimanuk. “Jadi mereka (buruh) pada beli nasi ke sini. Itu alasan buyut bangun warung di pinggir Cimanuk kawasan Jalan Veteran Indramayu,” katanya, belum lama ini.
Tanpa Kucai
Karyani menambahkan, meskipun mirip nasi lengko Indramayu memiliki perbedaan dengan nasi lengko Cirebon. Nasi lengko Indramayu menggunakan saus kacang namun tak dilengkapi dengan kucai. Itulah yang menjadi ciri khas nasi lengko asal Indramayu. Sehingga jika disantap nasi lengko Indramayu memiliki cita rasa yang sedikit berbeda dibandingkan nasi lengko Cirebon.
Cita rasa khas itulah yang membuat para pelanggan ikut bertahan menyantap nasi lengko Ma Tiri hingga detik ini. Mereka rela menyempatkan diri untuk sekadar menikmati sarapan di warung lengko tersebut. Soalnya selain ingin sarapan mereka juga ingin bernostalgia menikmati masa kecil saat bersarapan di warung Ma Tiri. Mengingat saat bersantap pagi bersama orang tua yang kini mungkin sudah tiada. “Banyak yang datang ke sini semenjak mereka kecil. Ada juga yang dari luar kota selalu makan di sini kalau mampir,” ungkapnya.
Salah satu pelanggan setia warung Ma Tiri adalah Ahmad Bahtiar. Ahmad yang kini menjabat sebagai sekretaris daerah Indramayu itu ingat betul sejarah warung Ma Tiri. Soalnya semenjak kecil ia bersama orang tuanya selalu menyempatkan diri menyantap nasi lengko Ma Tiri. “Dari dahulu bentuk warung maupun bangkunya tidak pernah berubah. Coba lihat pijakan kaki di meja warungnya yang sudah terkikis oleh kaki-kaki orang yang makan di sini,” kenangnya sambil menunjuk pijakan kaki di meja warung Ma Tiri.
Ahmad mengatakan, keberadaan warung Ma Tiri memang tak bisa dilepaskan dari sejarah kuliner Indramayu. Untuk itu warung Ma Tiri merupakan salah satu ikon penting kuliner Indramayu. Bahkan saking bersejarahnya, kata Ahmad, tak lengkap jika ke Indramayu belum menikmati nasi lengko Ma Tiri. Untuk harga sangat bersahabat berkisar antara Rp 8.000- Rp 13.000. ***