Yuk, Mencari Cuan Lewat Teknologi VR/AR
Ilustrasi (Jessica Lewis / Unsplash)
Uzone.id - Achmad Nashirudin, Founder dan CEO Smarteye, memanfaatkan teknologi Virtual Reality (VR) atau Augmented reality (AR) sebagai core bisnisnya.Memang, selama ini kita mengenal VR/AR biasa digunakan saat bermain game. Namun, pria lulusan Teknik Elektro Universitas Indonesia itu melihat peluang lain jika VR/AR bisa jadi alat untuk mencari cuan dengan mengembangkannya untuk kebutuhan pelatihan bagi karyawan perusahaan.
Selain itu, Achmad juga mengembangkan VR/AR sebagai alat marketing bisnis property sehingga konsumen bisa lebih terkoneksi dengan produk.
BACA JUGA: Film “Ada Apa Cinta 2045?” Tayang 24 Juni 2021
“Kita garap market properti, ternyata tak cuma properti saja, banyak yang bisa kita bisniskan. Training (pelatihan), bisa untuk wisata juga terutama wisata virtual kita gak bisa ke mana-mana karena harus di rumah (di masa pandemi Covid-19), kita bantu-bantu untuk wisata virtual tersebut,” kata Achmad saat berbincang dengan host Hani Nur Fajrina di program Uzone Talks bertajuk 'Tantangan Virtual Reality untuk Edutainment', Kamis (10/12/2020).
Achmad pun bisa bangga ketika klien dari perusahaan properti memenangkan kategori booth dengan penjualan terbanyak dalam sebuah pameran. Itu tidak lepas dari peran VR/AR.
“Serunya itu mungkin experience beda, buat orang jadi engage, gak sekedar lihat brosur aja, atau dilihatin website atau aplikasi atau dari video, orang akan merasakan 'oh nanti kalau di dalam rumah seperti ini', setelah mendapat experience nanti orang merasa 'oh real-nya seperti ini',” tutur Achmad.
Tantangan Perkembangan VR/AR
Meskipun teknologi VR/AR bisa membantu perusahaan untuk memasarkan produknya, namun tantangan ke depan perkembangan VR/AR tergantung bagaimana orang bisa mudah memiliki alatnya.
“Akan berpotensi kalau semua orang mempunyai gadget-nya, sama seperti smartphone. Nah itu akan berkembang lebih cepat. Kalau nanti itu hampir semua orang punya alat kacamata AR atau VR, berikutnya di konten kreatornya. Nah, itu banyak edukasi, banyak belajar, mungkin nanti ada kuliah ada jurusannya sendiri.
Soalnya sekarang banyak kampus tuh ada mata kuliah VR/AR nya sendiri, jadi sebelumnya gak ada baik itu di teknik maupun di desain. Terus yang kedua dari hardware-nya sendiri untuk penggunaan consumer agar harga itu lebih terjangkau,” tutur dia.
VIDEO Xiaomi Mi 10 T Indonesia Unboxing