Home
/
Technology

Zalora Tepis Rumor 'Tutup Toko' di Indonesia

Zalora Tepis Rumor 'Tutup Toko' di Indonesia

Aditya Hadi Pratama01 March 2017
Bagikan :

Pada tanggal 23 Februari 2017 yang lalu, TechCrunch melaporkan kalau e-commerce fesyen Zalora tengah bernegosiasi untuk menjual sebagian saham Zalora Indonesia kepada perusahaan retail MAP, untuk kemudian angkat kaki dari tanah air. Laporan ini muncul selepas perusahaan milik Rocket Internet tersebut mengumumkan penjualan sebagian saham milik lini bisnis mereka di Filipina kepada konglomerat lokal, Ayala Group.

Namun CEO Zalora Group Parker Gundersen menyangkal berita tersebut. Kepada Tech in Asia, Gundersen menyatakan komitmen mereka untuk tetap menjalankan bisnis di Indonesia. Ia juga mengklaim kalau tidak ada negosiasi dengan MAP terkait akuisisi, meski saat ini MAP merupakan mitra dekat mereka.

Ia menekankan kalau mereka tidak mempunyai rencana untuk meninggalkan Indonesia dalam waktu dekat. “Indonesia bukanlah pasar yang ingin kami tinggalkan. Spekulasi kalau kami akan menutup layanan tidaklah benar.”

Gundersen sendiri baru saja menjadi CEO dari Zalora Group delapan bulan yang lalu, setelah menggantikan pendahulunya, Michele Ferrario. Sebagai pimpinan, ia mempunyai misi untuk membawa Zalora keluar dari “tahap startup” dan menjadi sebuah perusahaan yang bisa bertahan dalam rentang waktu yang lama.

Demi mewujudkan misi tersebut, ia pun menggandeng MAP, yang mempunyai lisensi untuk mendistribusikan banyak merek fesyen internasional di tanah air.

Zalora
Preview

Terlepas dari sanggahan tersebut, bisnis Zalora memang tidak berjalan dengan baik di beberapa negara. Perusahaan induk mereka, Global Fashion Group (GFG), mengalami penurunan valuasi pada pertengahan tahun lalu, meski pada saat yang sama mereka juga mendapatkan sejumlah dana segar. Di tahun yang sama, GFG pun menjual e-commerce bernama Jabong yang beroperasi di India kepada Flipkart.

Pada bulan April 2016 silam, Zalora juga mengumumkan penjualan lini bisnis mereka di Thailand dan Vietnam kepada konglomerat asal Thailand, Central Group. Keputusan tersebut diambil karena Central Group memang tengah berniat untuk masuk ke bisnis e-commerce.

Menurut Gundersen, langkah penjualan aset di Thailand dan Vietnam berbeda dengan apa yang mereka lakukan di Filipina. “Ayala memang memberikan investasi yang signifikan. Namun uang tersebut akan tetap di Filipina, sehingga itu bukan penjualan aset. Rocket Internet pun masih merupakan pemilik saham terbesar,” ujar Gundersen.

Langkah menjual saham kepada Ayala Group dianggap Gundersen sebagai cara untuk meningkatkan jangkauan penjualan mereka. Menurutnya, investasi yang diterima GFG pada tahun lalu membuat mereka tidak membutuhkan dana tambahan dan memiliki fleksibilitas lebih.

“Kami mempunyai rencana yang sangat jelas, dan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut. Asia Tenggara sendiri merupakan tempat yang sulit untuk mengawali bisnis. Kamu tidak bisa menyalahkan sebuah startup yang tengah mencari jalan keluar, meski kami sebenarnya sudah tidak menganggap diri kami sebagai sebuah startup lagi,” pungkas Gundersen.

Zalora sendiri telah beroperasi di tanah air selama hampir lima tahun, dan merupakan salah satu pionir di industri e-commerce fesyen. Sejak kemunculannya, telah muncul banyak e-commerce yang berusaha menyaingi mereka di Indonesia, seperti BerryBenka dan Sale Stock.

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Inilah Tanggapan Zalora Terkait Rumor Penutupan Layanan Mereka di Tanah Air appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Tags:
populerRelated Article