Udah Kebanyakan, E-Commerce di Indonesia Dinilai Hadapi Titik Jenuh
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
Uzone.id - Jumlah startup di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Menurut data dari Badan Ekonomi Kreatif, pada 2019 ada 1018 startup berbasis finansial, e-commerce, sampai dengan agribisnis.Saking banyaknya, ada satu sektor startup yang dinilai sudah sampai di titik jenuh, yaitu e-commerce.
Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Hari Santosa Sungkari menyatakan bahwa e-commerce yang umum, seperti Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya, sudah terlalu banyak di Indonesia.
Baca juga: Transaksi Digital Diklaim Lebih Aman Ketimbang Uang Tunai
“Kalau buat saya, yang sudah jenuh adalah e-commerce, jadi jangan buat startup e-commerce lagi,” ujar hari dalam diskusi bertema Berkolaborasi Menghadapi Titik Jenuh Komunitas Startup di Indonesia oleh DreamHub di Jakarta, Rabu (16/10).
Hari memberi contoh bahwa di negara lain, e-commerce hanya ada satu atau dua. “Di Amerika Serikat, hanya ada Amazon dan eBay yang mass market,” ujar Hari.
Baca juga: Kebiasaan Unik Pemburu Diskon E-commerce, Kamu Gini Juga Gak?
Associate Venturra Capital—perusahaan yang berinvestasi pada startup—Karissa Adelaide juga menyatakan hal serupa.
“E-commerce juga sudah mulai saturated, yang horizontal apalagi,” ujarnya.
Baca juga: Urang Bandung Lebih Banyak yang Cashless Dibanding Jakarta
Meski demikian, e-commerce yang bergerak secara vertikal alias fokus menjual satu jenis barang, seperti produk kecantikan, misalnya, masih ada banyak peluang.
Hari pun setuju akan hal itu. Menurutnya, masih banyak sektor yang bisa diisi sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
“Agriculture, fishering, education, Jual barang yang spesifik. Itu ada demand-nya,” kata Hari.